Kamis, 21 Mei 2015

KANTON-KANTONG KEBUDAYAAN KERINCI SEBAGAI ASET PARIWISATA BERBASIS BUDAYA


KANTON-KANTONG KEBUDAYAAN KERINCI 
SEBAGAI ASET PARIWISATA BERBASIS BUDAYA
PENULIS : DEKI SYAPUTRA ZE, S. HUM

Wisata budaya merupakan suatu jenis wisata yang menggunakan sumberdaya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata. Wisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang objek sajian wisatanya melingkupi budaya suatu komunitas. Sementara itu, wisata budaya juga merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangibel atau konkret maupun intangibel atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan.
Kawasan wisata budaya atau kawasan sejarah dan budaya merupakan suatu kawasan di mana di dalamnya terdapat bangunan bersejarah hasil kebudayaan masa lampau dan aktivitas khas masyarakat lokal, sebagai potensi utama untuk mengembangkan suatu kawasan wisata budaya. Ardinal K, S. Pd., M. Si, selaku kadis DISPORAPARBUD Kab. Kerinci menuturkan bahwa instansi yang beliau pimpin akan mengupayakan hal tersebut sesuai dengan petunjuk dari Bupati Kerinci dan arahan gubernur Jambi (Hasan Basri Agus).
Kabupaten Kerinci yang merupakan sebuah kabupaten yang berada dalam kawasan Provinsi Jambi, dimana kabupaten ini berada di utara dan selatan Kota Sungai Penuh. Secara cultur (budaya) dan adat kedua wilayah ini tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan kedua wilayah ini satu kesatuan dalam adat dan budaya, yaitu kebudayaan masyarakat Alam Kerinci. Dengan adanya peraturan yang memisahkan antara dua wilayah tersebut, sehingga menuntut kita untuk memisahkan peninggalan kebudayaan kedua wilayah ini sesuai dengan lokasinya secara geografis.
Di Kabupaten Kerinci terdapat berbagai bentuk warisan budaya baik yang masih berlanjut maupun peninggalan kebudayaan masa lampau, dari masa prasejarah sampai era kolonial..
Warisan Budaya Prasejarah
Sejarah mencatat, melalui hasil penelitian beberapa pakar bahwa Alam Kerinci merupakan salah satu wilayah yang tua dan mempunyai peradaban yang tinggi. Tepatnya wilayah ini sudah dihuni oleh manusia sejak 10.000 tahun SM  yang tergolong kedalam ras Proto Melayu. Adapun benda-benda tersebut diantaranya seperti  batu patah.



Warisan Artefak Islam
Islam berkembang di wilayah Alam Kerinci sekitar abad ke-16 M. Walaupun demikian, peninggaalan atau jejak Islam di wilayah ini berupa bangunan yang masih utuh dan berdiri saat ini adalah masjid.

Kabupaten Kerinci yang masyarakatnya manyoritas Islam dan agama ini mengalami perkembangan di Kerinci semenjak sebelum kedatangan bangsa kolonial, yakni sekitar abad ke-18  M telah membangun masjid. Masjid kuno di wilayah ini terdapat di Tanjung Pauh Hilir, Pulau Tengah dan Lempur. Beberapa  masjid tersebut merupakn masjid tertua di Kabupaten Kerinci.
Warisan Kesenian
            Kabupaten Kerinci memiliki berbagai bentuk seni budaya atau kesenian lokal yang masih berkembang saat ini. Jenis kebudayaan seperti ini, dikenal dengan sebutan budaya yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut). Hal ini karena, kebudayaan berupa kesenian masih tetap dipertahankan dan dikembangkan (kreasi) sebagai salah satu seni pertunjukan.
            Beberapa kesenian berupa seni tari yang terdapat di daerah ini, diantaranya adalah seni tari yang bersifat tradisi seperti Tari Niti Naik Mahligai, Tauh, Sike Rebana, Asyek Nyabung, Rangguk dan lain-lain. Selain itu, juga terdapat seni tari yang dikreasikan dari tari tradisi seperti Punawo Sakti, Palaho Janen, Yadahdan, Ngambak Tikar dll.
Warisan Ritual
            Kabupaten Kerinci kaya akan khasanah ritual dari leluhur mereka dimasa lampau yang masih tetap diselenggarakan pada masa sekarang ini. Beberapa contoh ritual yang masih diselenggarakan di Kerinci, diantaranya ritual Ngayun Luci, Kenduri Sko, Tulak Bla dan lain-lain.
            Ritual-ritual yang masih diselenggarakan di Kerinci, tidak semuanya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di setiap wilayah. Salah satu contohnya, acara kenduri sko/pusaka sudah jarang dilaksanakan lagi oleh beberapa wilayah. Hal ini karena, ada yang beranggapan bahwa kenduri sko/pusaka tidak sesuai lagi dengan konteks zaman sekarang dan bertentangan dengan syarak.
Akan tetapi, terlepas dari itu semua, kita tetap berkewajiban melestarikan ritual tersebut dengan menghilangkan unsur praIslam dan tidak terlalu menyakini dan mempercayai hal yang berbau mistik. Hal ini karena, ritual-ritual tersebut merupakan bagian dari kearifan lokal yang patut dilestraikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Akhir-akhir ini semakin giat bagi setiap daerah yang memiliki potensi pariwisata berusaha melakukan pencitraan dengan memberi penguatan pada symbol tertentu. Demikian juga simbol yang digunakan oleh pemerintah di daerah-daerah dalam mengembangkan pariwisata yang berbasis budaya dan kearifan lokal. Banyak daerah yang telah berhasil menerapkan pariwisata dengan basis yang dimaksud, khususnya wisata di pulau Jawa. Begitu halnya dengan wilayah di Sumatera saat ini sedang menggagas hal tersebut khususnya di Kabupaten Kerinci.
Hasan Basri Agus, selaku Gubernur Provinsi Jambi dalam pidatonya pada acara pembukaan Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci tanggal 15 November 2014, juga mengungkapkan bahwa Provinsi Jambi sangat berpotensi dalam upaya meningkatkan pariwisata berbasis budaya. Wilayah dalam Provinsi Jambi yang dimaksud adalah Kabupaten Kerinci yang memiliki panorama wisata alam dan budaya yang eksotik.
Acara Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kab. Kerinci beserta leding sektor Pariwisata dan Kebudayaan, yaitu  DISPORAPARBUD, merupakan salah satu bentuk atraksi wisata berbasis budaya. Hal ini karena, kegiatan tersebut berlokasi di objek wisata Alam seperti Danau Kerinci, Area Air Panas Semurup dan Kebun Teh Kayu Aro dan didukung oleh pementasan kesenian tradisional Kabupaten Kerinci. Dengan demikian, atraksi wisata di Kabupaten Kerinci tidak hanya mengandalkan objek wisata alam yang eksotik di daeraah ini seperti terjangnya Air Terjun Telun Berasap dan Pancuran Rayo, Terhamparnya Kebun Teh di Kaki Gunung Kerinci yang menjulang tinggi, panasnya Air Hangat Semurup, luasnya Danau Kerinci dan Jernihnya Danau Kaco. Akan tetapi daerah ini juga didukung oleh objek wisat sejarah, budaya dan kearifan lokal seperti yang telah di paparkan sebelumnya.
Ardinal K, S. Pd., M. Si, menyebutkan inilah potensi-potensi pariwisata berbasis kebudayaan di Kabupaten Kerinci yang dapat ditawarkan kepada wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Sehingga  dapat mewujudkan terjadinya terjadi proses yang disebut involusi kebudayaan (cultural involution). Hal tersebut bisa dilihat dari kasus Bali. McKean (1978) mengatakan, “ meskipun perubahan sosial ekonomi sedang terjadi di Bali, semua itu terjadi secara bergandengan tangan dengan usaha konservasi kebudayaan tradisional. Kepariwisataan pada ke nyataannya telah memperkuat proses konservasi, reformasi, dan penciptaan kembali berbagai tradisi.
Disporaparbud Kab. Kerinci, juga berharap kebudayaan serta kearifan lokal yang terdapat di Kerinci berpotensi untuk mewujudkan negeri wisata berbasis budaya dengan daya tariknya yang lebih etis (adiluhung), dapat membawa Kabupaten Kerinci sebagai tujuan kunjungan wisatawan dunia. Oleh karena itu, perlu adanya pembungkusan dan pengelolaan potensi tersebut serta bahu-membahu pemerintah beserta jajaranya ikut berperan dalam mewujudkan hal ini. Sehingga dapat mengantar– kan “Kerinci Lebih Baik” kedepan secara maksimal dan menyeluruh khususnya di segi perkembangan pariwisata.



1 komentar:

  1. Assalamualaikum

    Bang Deki... Saya sangat tertarik dengan tulisan abang... Bagaimana saya bisa berjumpa dengan abang

    Perkenalkan saya vico... Baru pindah di sungai penuh...

    BalasHapus