Rabu, 24 Juni 2015

LAPORAN PENELITIAN NASKAH DI KERINCI



LAPORAN PENELITIAN NASKAH DI KERINCI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di indonesia tersebar begitu banyaknya hasil karya masyarakat pada masa dahulu, baik berbentuk tulisan maupun tidak, salah satunya dari peninggalan tersebut adalah naskah yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat pada masa lampau yang berbentuk tulisan. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Rubson mengemukakan naskah adalah kesusteraan tertulis dalam bentuk buku tulisan tangan yang dipergunakan untuk mencatat hal-hal yang di anggap penting (Serat Ismail, 2008 : 3 (Skripsi)).
Menurut Baried naskah adalah semua bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya pada masa lampau. Teks yang ditulis dalam bentuk naskah sangat beragam isinya antara lain religi, sejarah, ilmu pengetahuan, kemanusiaan, kesenian, undang-undang, foklor, adat istiadat dan sastra (Serat Ismail, 2008 : 1 (Skripsi)).
Berbicara tentang naskah maka kita akan membicarakan tentang ilmu yang mengkaji naskah tersebut seperti filologi dan studi naskah. Kedua disiplin ilmu ini mengkaji serta memahami seluruh yang menyangkut dengan seluk beluk pernaskahan, serta dibantu dengan disiplin ilmu lain sebagai ilmu bantu filologi dan studi naskah.
Tradisi tulis menulis di nusantara, dengan serangkaian perjalanan panjangnya telah menghasilkan sedemikian banyak dokumen tertulis berupa naskah-naskah kuno yang keberadaannya saat ini tersimpan diberbagai tempat koleksi baik koleksi lembaga maupun perorangan. Naskah-naskah kuno tersebut patut dijaga keberadaannya dan dilakukan penelitian secara serius agar informasi penting yang terkandung didalanya dapat diketahui semua orang, baik generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.
Didalam tulisan ini yang menjadi objek kajian penelitian kami adalah Naskah Melayu Kuno Kerinci (Jambi). Secara umum kita ketahui bahwa naskah kuno menggunakan aksara yang berkembang atau aksara yang dimiliki oleh wilayah tempat asal naskah itu sendiri, serta menggunakan alas atau media tulis naskah yang ada di wilayah tersebut baik hasil alam wilayah tersebut maupun didapatkan dari wilayah lain begitu juga dengan naskah ini.
Mengingat dan menimbang begitu pentingnya naskah bagi kita serta bagi lembaga-lembaga tertentu yang mengkaji naskah sehinngga kami melakukan penelitian tentang naskah ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa yang menjadi objek kajian penelitian ini adalah Naskah Melayu Kuno Kerinci (Jambi).
B. Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat pelaksanaan penelitian naskah ini secara khusus di wilayah Mendapo Kerapatan Adat Koto Beringin Rawan Kota Sungai Penuh/Kerinci (Jambi) secara umum di seluruh mendapo yang ada di Kerinci baik mendapo delapan/6 helai kain maupun mendapo depati otonom di wlayah alam Kerinci. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian tersebut hari sabtu 9 Juni 2012.
C. Kegunaan dan tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana tradisi pernaskahan di wilayah Kerinci;
2.      Untuk menegetahui keadaan nari naskah-naskah yang berada di wilayah Kerinci;
3.      Sebagai tambahan referensi bagi pembaca tentang naskah kuno di Kerinci.
            Sedangakan tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dalam mata kulyah Studi Naskah yang menyangkut dengan penelitian lapangan tentang naskah;
2.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak/ Ibu dosen pembimbing mata Studi Naskah. 

















BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran umum wilayah penelitian
Dalam poin ini penulis akan menjelaskan sekelumit gambaran umum tentang wilayah penelitian yaitu kerinci (jambi) maka poin ini khusus membahas gambaran wilayah tersebut.
Kerinci
Kerinci terletak anatara 1◦ 41 s/d 2◦ 56 LS dan 101◦ 08 s/d 101◦ s/d 101◦ 50 BT. Berada pada ketinggian 725 M diatas permukaan laut dengan posisi membujur dari barat laut ke tenggara, sejajar dengan arah pulau Sumatera (BPS Kab. Kerinci, 2008/2009 : 03). Kerinci merupakan salah satu wilayah yang berada di provinsi Jambi yang terletak di bagian barat provinsi Jambi. Kerinci adalah salah satu suku dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia yang disebut dengan Suku Kerinci, danaunya disebut Danau Kerinci, gunungnya disebut Gunung Kerinci, adat istiadatnya disebut Adat Kerinci dan orangnya disebut Orang Kerinci (Uhang Kincai dalam bahsa Kerinci dan Urang Kurinci dalam bahasa Minangkabau).
Wilayah Kerinci jarang dan kurang diketahui oleh orang atau masyarakat Indonesia tapi begitu dikenal oleh orang luar negeri, seperti Belanda dan Malaysia. Hal ini dikarenakan begitu sedikit wisatawan lokal yang meminati Kerinci, beda halnya dengan wisatawan mancanegara sangat meminati dan mengagumi serta sangat antusias sekali untuk mengunjungi Kerinci. Bahkan timbol slogan bagi wisatawan mancanegara, yaitu “jagan mati dulu sebelum mendatangi Kerinci”, segitu menariknya Alam Kerinci bagi mereka, maka muncullah slogan tersebut.
Dalam konstelasi sejarah kebudayaan Indonesia daerah Kerinci adalah suatu daerah yang sangat tua (Basri, 1982 : 33). Daerah ini memiliki aset perbendaharaan benda cagar budaya dalam kondisi bisa dikatakan langka karena keunikannya belum dijumpai didaerah lain di Indonesia. Penelitian mengenai Kerinci sudah dimulai pada tahun 1811 oleh W. Marsden, L.C. Westernent (1922), Th. Van der hoop (1938), Dr. P. Voorhoeve (1941), Prof. Dr. Poerbatjaraka (1941), Mr. Mohammad Yamin (1952), Prof. Dr. Jaspen (1963), Dr. Benner Bronson (1973), Prof. Dr. Isamu Kurata (1975) (Dinasa P dan K, 2003 :13). Kemudian disusul oleh Uli Kozok pada tahun 2002 dan lain-lain.
Dari data diatas kita dapat mengetahui keunikan Alam Kerinci sehingga diteliti oleh para peneliti dalan negeri maupun luar negeri. Namun kebanyakan dari para peneliti tersebut adalah para peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian tentang sejarah budaya Alam Kerinci. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan di Alam Kerinci, menyimpulkan bahwa kehidupan dan peradaban di Kerinci sudah ada sejak 10.000 tahun yang silam (Idris Djakfar, 2001 : 24). Kerinci juga pernah mengemparkan dunia Melayu khususnya dan seluruh dunia pada umumnya, dikarenakan Naskah Melayu tertua di dunia di temukan di pedalaman Kerinci tepatnya di Dusun Tanjung Tanah sehingga naskah ini disebut dengan Naskah Tanjung Tanah.
Sesuai dengan hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa aksara yang digunakan dalam naskah itu bukanlah aksara Arab melayu melainkan aksara Incung (aksara Kerinci) yang digolongkan kedalam aksara pasca Pallawa yang merupakan aksara melayu. Hal yang paling mengejutkan lagi, dengan ditemukannya naskah tersebut bearti patah lah teori yang mengatakan bahwa tidak ada tradisi pernaskahan didunia Melayu sebelum Islam masuk. Namun naskahTanjung Tanah ini telah menunjukkan bahwa ada tradisi pernaskahan di dunia Melayu sebelum masukknya Islam hal ini didasarkan pada naskah tersebut yang merupakan naskah yang berasal dari pra Islam. Adapaun bukti naskah ini merupakan naskah pra Islam sesuai dengan yang diutarakan oleh UliKozok dalam tulisannya sebagai berikut:
·         Tidak ditemukan kata serapan dari bahasa Arab
·         Maharaja Dhamasraya disebut dalam naskah tersebut sementara Dhamasraya hanya disebut sebelum Islam
·         Naskah menggunakan tahun Saka bukan tahun Hijriah (Kozok, 2006 : XII).
Inilah bukti bahwa kerinci merupakan salah satu daerah yang sangat tua, hal ini juga dikarenakan Kerinci telah dikenal didunia luar sejak dulu kala, seperti Cina, hal ini terbukti dengan banyaknya keramik-keramik Cina yang ditemukan di Kerinci khususnya pada masa dinasti Han di Cina (202 SM hingga 221 M). Bahkan sebuah peradaban kuno, yaitu Mahajendero dan Harappa pernah mengenal baik Alam Kerinci sebagai salah satu penghasil kemeyan terbesar di dunia.     
B. Deskripsi naskah secara umum
Naskah ini merupakan salah satu naskah yang ada di wilayah alam kerinci tepatnya di mendapo rawan koto beringin sungai penuh-kerinci (jambi) yang sangat dijaga oleh masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah medapo tersebut. Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang penting dalam penelitian naskah sekaligus hasil dari penelitian penulis.
1.      Bahan naskah
Bahan naskah atau alas naskah merupakan suatu media yang digunakan sebagai alas atau wadah untuk menulis. Biasanya alas naskah tersebut berukuran lebar seperti halnya kertas. Berupa ide-ide ditulis pada media tersebut maka tulisan tersebut akan disebut salah satu naskah.
Bahan naskah adalah sesuatu yang dipakai untuk dituliskan suatu tanda atau lambang, umumnya bagian permukaan dari suatu bahan tertentu. Bahan naskah juga disebut sebgai sesuatu yang dipakai untuk menulis sehingga terbentuk suatu naskah (Mulyadi,1994:44).
Bahan naskah yang pernah dipergunakan di berbagai belahan dunia, di antaranya adalah bambu di Cina, daun tumbuhan palma di India dan Asia Tenggara, lempengan tanah liat (claybricks) di Mesopotamia, papyrus di Mesir. Di samping itu terdapat pula bahan naskah berupa logam, catton, linen, velum (vellum), sutera, perkamen (parchment), kertas, batu, kulit kura-kura, tulang, gading, kayu, kulit kayu, dan baju (Gaur, 1975:4--34).
Di Kerinci kita juga akan menemukan hal yang sama dalam hal ini alas naskah atau bahan naskah, dimana dikerinci tersebar naskah-naskah yang berbahan kulit kayu, kertas, dan perkamen. Uniknya lagi di Kerinci kita akan menemukan naskah yang beralas atau berbahan tanduk kerbau yang pada umumnya diwilayah lain tanduk ini biasanya dijadikan hiasan atau pajangan dan terompet. Namun, beda halnya dengan di wilayah alam Kerinci tanduk malah dijadikan alas naskah seperti naskah yang diteliti langsung oleh penulis.
Tidak hanya itu kitapun akan menemukan keunikan lain tentang alas atau bahan nasskah dikerinci. Kita ketahui di Cina berkembang penggunaan bambu sebagai alas naskah, namun bambu yang dijadikan sebagai alas naskah di Cina di olah terlebih dahulu menjadi sebuah kertas. Beda halnya dengan dikerinci alas naskah yang terbuat dari bambu tersebut tanpa di olah dalam artian bambu yang masih berupa potongan bambu. Kedua alas nasskah tersebut jarang kita temukan di willayah lain.
2.      Aksara naskah
Aksara merupakan tulisan yang digunakan dalam penulisan teks naskah. Kita ketahui di Indonesia banya terdapat suku bangsa seperti Batak, Suku Rejang, Sunda, Jawa, dan lain-lain. Setiap suku-suku tersebut memiliki aksara atau tulisan tersendiri begitu juga halnya dengan salah satu buku yang berada di wilayah pulau sumatra yaitu suku Kerinci memiliki tulisan atau aksara tersendiri.
Aksara Kerinci tersebut yaitu aksara yang dinamai Incung, berarti Rencong yang merupakan salah satu aksara kuno di negara kita, namun belum banyak dikenal. Aksara ini salah satu aksara yang digunakan atau yang dipakai dalam naskah di Kerinci, selain aksara arab dan arab melayu.
Naskah yang penulis teliti langsung kelapangan adalah naskah yang beraksara incung (rencong) dan berbahasa melayu kuno (bahasa kerinci). Aksara tersebut sudah jarang dipakai oleh masyarakat bahkan tidak ada lagi yang bisa membacanya kecuali, dua orang tokoh kerinci yaitu Iskandar Zakaria dan Alimin Dpt.
3.      Tempat penyimpanan naskah
Naskah-naskah di nusantara banyak tersimpan diberbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan lain-lain (sutrisno, 1981:12). Sedangkan di dalam negeri naskah-naskah banyak disimpan di museum diperpustakaan, lembaga kebudayaan dan tersebar di masyarakat pemiliknya. Selain itu naskah juga berada di pusat-pusat pembelajaran agama (surau tarekat) serta di surau-surau tua.
Di kerinci sangat jarang kita temukan naskah berada di museum dan lembaga kebudayaan di Kerinci, namun naskah-naskah kuno tersebut tersimpan di rumah mendapo (rumah gedang; besar, rumah adat) yang berada di suatu wilayah kerapatan adat di alam Kerinci. Sama halnya dengan naskah yang diteliti langsung oleh penulis tersimpan di sebuah mendapo. Selain itu, naskah kuno juga terdapat di surau-surau tua serta juga terdapat di rumah-rumah pemilik dan pewaris dari naskah tersebut.
Naskah kuno Kerinci tidak hanya tersimpan di wilayah kerinci, melainkan juga tersimpan di luar negeri yaitu, naskah salinan tambo Kerinci disimpan di perpustakaan Koninklijk Institut voor de Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda, dengan nomor inventaris D Or. 415 (Uli Kozok, 2006 : xi). Naskah kerinci ini juga tersimpan di museum Koninnklijk Bataviaasch Genootschap Van Wetenschappen yaitu di Gedung Arca Betawi.
4.      Skriptorium
Skriptorium adalah ruangan yang luas atau terdiri atas ruang-ruang kecil yang difungsikan untuk menyalin naskah dengan berbagai aturan yang harus dipatuhi. Para petugas yang menyalin naskah tidak diperbolehkan mengubah sesuatu yang ada di dalam teks walaupun ada kesalahan dalam teks yang dihadapinya (Muhammad Ilham dalam http://ulama minang.blogspot.com).
Pada umumnya tempat penyalinan naskah sangat berhubungan dengan isi naskah yang disalin seperti naskah agama Islam ditulis di surau atau di Masjid, naskah adat di rumah adat dan ada juga naskah-naskah tersebut ditulis di rumah warga begitu juga halnya di Kerinci naskah agama biasanya disalin di langgar-langgar pengajian, naskah adat ditulis di rumah mendapo dan ada juga naskah tersebut ditulis di rumah warga-warga di Kerinci.
5.      Isi teks
Isi teks beraneka ragam yang mencerminkan dinamika budaya bangsa pemiliknya. Teks dapat berupa karya sastra penuangan ide atau gagasan, ilmu pengetahuan, singkatnya dapat berupa segala hal yang dapat dituliskan. Begitu juga halnya dengan teks dalam naskah-naskah kerinci dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu agama, hukum/adat, mitologi, pendidikan, sejarah dan sastra. Naskah yang ditemukan dan diteliti oleh penulis adalah naskah yang berisi tentang sejarah tokoh adat di alam kerinci pada masa dahulu. Isi naskah ini merupakan sambungan dari isi teks naskah lain.


C. Deskripsi naskah secara khusus (naskah yang diteliti oleh penulis)
Berikut ini akan diuraikan tentang rincian hasil penelitian naskah yang diteliti oleh penulis.
Profil benda
Nama benda    : Naskah Tanduk
Jenis benda      : Naskah Beraksara Surat Incung Beralas Tanduk
Asal benda      : Kerinci
Bahan              : Tanduk
Warna              : Hitam
Keadaan          : Tidak Utuu
            Ukuran
Panjang           : 45cm
Tebal               : 0,6cm
Diameter         : 1,6-11,8cm
Berat               : 35gram

Adapun isi naskah sebagai berikut(Voerhoeve, 1924/Uli Kozok, 2006):
(1) maka balik ka kuta baru riya di balan maka pula da…….
(2) riya di balan dingan patih madiri dingan ri……………
(3) masak pamintak dipatih madiri cucu huyar di (r)iya dibalan………..
(4) baru maka lama mati dipati sungay laga sangak(?)jadi dipati sa………kacik surang jadi dipati
(5) punjung janak maka barabuk dipati sungay laga dingan dipati muda
(6) dipati punjung balawan dipati muda barabuk sarah jajah na’ik hidak sudah kapada manti
(7) muka barajalan ka tanah hiyan muka tapak hamih sahamih hiyan hidak
(8) sudah lalu ka sagara hagung rapat pula di situ hidak juga sudah maka sampay halah
(9) ka pengiran muka batutur dipati punjung maka kata
(10) mana dipati sungay laga ka gati bali
(11) ya haku bajalan baliya tinggan maka baratutur dipati
(12) muda ja mati sama ditanan dingan dipati sungay laga hidak disayan maka tala
(13) buh hukun pangiran kapada dipati punjung
(14) hatat balung handak barahumah pula
(15) muka kata pangiran kapada depati muda bita pagala muda saka tua hidak babunyi dipati
(16) muda muka digala dipati muda(?)
(17) da magala muka dipati punjung mawa hamit balik na’ik karici nampuh jala
(18) n taba pandak tiba situ dipati punjung sakit maka barapangsan maka barapa………
(19) n……..r maguni sampay
(20) kapada dipati sungay laga sarata hanak jantang hanak batina hatat balung dipati
(21) muda kata pangiran kapa(da) dipati punjung dipati sungay laga tiba kapada maguni hidak dila
(22) tas pangsan kapada dipati sungay laga sarata hanak jantan……..hanak batina
(23) maka badiri maguni barimba hidak dihusir dipati…….(riya)tijaput
(24) maguni hitu takut kalah dipati muda mangusir karay (atau karaja?)………
(25) hitu duwa kali tujuh hari lama barimbi hidak kampung ‘a………………
(26) maka pik(i)r magumi maka dijaput dipati sungay laga kac………..
(27) mbung muka mudik sarata hanak batina
(28) bagalar saka galar hanak batina itu galar hanak………..
(29) balik hilir jadi karaja hatat balun muka masuk
(30) kapada kuwak hagih hiya dibalan mangku mamangku masuk ma
(31) ngku hanung sakuwak sabagih dingan mangku gular
(32) maka jadi karan satiya dingan dulu
(33) dulu jaga dihanjak dimakan satiya


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari laporan penelitian diatas kita dapat mengetahui bagaimana keadaan naskah di wilayah kerinci. Naskah-naskah yang ada di Kerinci tersebar di dalam negeri dan diluar negeri,luar negeri tepatnya di perpustakaan Koninklijk Institut voor de Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda. Sedang kan dalam negeri selain di Kerinci terdapat di museum koninnklijk bataviaasch genootschap van wetenschappen yaitu di gedung arca betawi. Sedangkan yang berada di Kerinci tersebar di mendapo (Rumah Gedang; Besar atau Rumah Adat) di setiap wilayah kerapatan adat di Alam Kerinci, seperti naskah yang diteliti lansung oleh penulis mendapo Rawang Kota Sungai Penuh-Kerinci (Jambi). Selain itu juga terdapat naskan di surau tua sera tersebar di rumah warga pemilik atau pewaris dari naskah tersebut.
            Naskah yang ada di Kerinci memiliki perbedaan dengan naskah yang tersebar di nusantara secara umum, hal ini dikarenakan naskah yang berada di Kerinci beralaskan tanduk serta beralaskan bilahan bambu yang tanpa diolah disamping kertas, daluang dan lontar. Naskah ini beraksara Arab, Arab Melayu dan aksara Incung atau Rencong (aksara Kerinci) serta dengan menggunakan naskah.      






DAFTAR PUSTAKA
Kocok, Uli. 2006, Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah Naskah Melayu Yang Tertua. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara danYayasan Obor Indonesia.
Voorvoehe. Tambo Kerinci (bundel), di edit ulang Uli kozok. Honolulu, 6 October 2006.
Mulyadi, Sri Wulan Rujiati 1994 Kodikologi Melayu di Indonesia, Lembar Sastra Edisi Khusus No. 24. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Lubis, Nabilah 1996 Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa & Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah.
 Tedi PermadI, Naskah Nusantara dan Berbagai Aspek yang Menyertainya. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan Indonesia.
Muhammad Ilham dalam http://ulama minang.blogspot.com diakses 18 juni 2012.








0 komentar:

Posting Komentar