Rabu, 24 Juni 2015

KETERLAMBATAN BELANDA MENGUASAI ALAM KERINCI


KETERLAMBATAN BELANDA MENGUASAI ALAM KERINCI[1]

Oleh: Deki Syaputra ZE, S. Hum[2]
Alam Kerinci merupakan wilayah yang berada di pedalaman Sumatera, tepatnya di tengah-tengah Pulau Sumatera. Wilayah ini pada abad ke-16 M berada diantara dua kerajaan besar di Sumatera bagian tengah, yaitu Kerajaan Jambi dan Kerajaan Indrapura. Alam Kerinci berdiri sendiri dibawah kepemimpinan para depati, sebagai pucuk pimpinan adat di Alam Kerinci. Dengan demikian, wilayah ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang independen di Sumatera tengah yang tidak berada di bawah naungan atau kekuasaan kedua kerajaan tersebut.
            Sejarah mencatat bahwa bangsa Belanda telah datang ke Indonesia dengan misi perdagangannya, sehingga tersebutlah sebuah perusahan dagang yang dikenal dengan sebutan VOC di tahun 1602 sampai akhir abad ke 18 M. Barulah diawal abad ke 19 M, misi perdagangan berubah menjadi kolonialisasi sehingga wilayah Indonesia dikuasasi oleh bangsa Eropa seperti halnya Belanda. Dengan demikian kekuasaan para sultan/raja di Indonesia mengalami kemunduran, begitu juga halnya yang terjadi di dua Kesultanan (Indrapura dan Jambi) yang berada di antara wilayah Alam Kerinci.
            Sementara itu, walaupun kedua wilayah tersbebut telah diduduki dan dikuasai oleh Belanda, namun tidak dialami oleh Alam Kerinci. Hal ini karena, Belanda dapat memasuki Alam Kerinci baru pada abad ke 20 M. Sehingga dapat dikatakan, Alam Kerinci terlambat dikuasai oleh Belanda. Besar kemungkinan bahwa Alam Kerinci adalah wilayah yang paling akhir dikuasasi oleh Belanda dengan misi kolonialisnya.
            Keadaan inilah yang menggugah Snauck Hurgronje mengirimkan surat kepada Gubernur N-I. Melalui surat ini, ia menyarankan kepada pemerintah Belanda untuk memikirkan cara membesarkan pengaruh di Alam Kerinci yang merupakan wilayah perbatasan Sumatera Barat dan Jambi. Salah satu yang menjadi hambatannya ialah, pemuka adat sebagai pemimpin di wilayah Alam Kerinci.[3] Sebagaimana diketahui bahwa, pemuka adat di wilayah ini adalah para depati[4] sebagai pucuk pimpinan adat secara independen di Alam Kerinci.
            Para depati di wilayah Alam Kerinci, sangat membenci dan menentang Kolonial Belanda. Walapun Belanda belum pernah sama sekali menyentuh Alam Kerinci dan mengusik kepemimpinan para depati Alam Kerinci. Hal ini terjadi karena, salah seorang depati dari Alam Kerinci sudah pernah menolong negeri jiran (tetangga)nya dari kompeni Belanda. Salah satu negeri tetangga yang pernah meminta pertolongan kepada depati di Alam Kerinci untuk membantu mempertahankan negerinya dari Belanda adalah Indrapura.
            Di dalam sebuah naskah di wilayah Alam Kerinci, diceritakan tentang peristiwa salah satu depati dari Alam Kerinci membantu rakyat Indrapura mempertahankan negerinya dari serangan kompeni Belanda. Adapun uraian kisah tersebut sebagi berikut:
…….. .” Maka tersebut pula ihwal negeri Inderapura itu. Dengan takdir Allah ta’ala maka datanglah perang, jadi selisih di antara Yang dipertuan Sultan Permansyah dengan Kempani Walanda. Telah sampailah tiga tahuan berperang itu, maka Yang dipertuan Sultan Permansyah undurlah ke Batayan pada kampung yang empat langgam, serta Yang dipertuan pun teringatlah akan sumpah setia yang diperbuat nenek moyang di atas Bukit Tinjau Laut. Maka menyuruhlah Yang dipertuan ke Kerinci. Setelah itu maka turunlah Depati Rajo Mudo itu duduk pada negeri Inderapura sembilan bulan sebelas hari pada tanah Batayan kampung yang empat langgam”.[5]
Depati Rajo mudo yang disebut dalam isi naskah tersebut, ialah seorang depati yang berkedudukan di Luhah Tigo Ninek Kemantan.
            Adanya kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan ini antara Alam Kerinci dengan Indrapura, karena hal ini sudah di ikrarkan ikatan janji  jauh sebelumnya yang bertempat di Bukit Setinjau Laut perbatasan kedua wilayah ini. Oleh sebab itu, terbentuklah ikatan persaudaraan antara kedua wilayah ini dan saling bantu membantu dalam berbagai hal. Sampai akhirnya Alam Kerinci melalui Depati Rajo Mudo ikut andil dalam membantu Indrapura untuk mempertahankan negeri tersebut dari kolonial Belanda.
            Besar kemungkinan hal ini dilakukan oleh Depati Rajo Mudo, karena kekhawatirannya dengan kompeni Belanda secara tidak lansung jika Indrapura dan wilayah sekitar seperti Bengkulu dikuasai maka akan berimbas terhadap keamanan di Alam kerinci. Hal ini karena secara geografis ketiga negeri tersebut sangat berdekatan, banyak jalur perjalan dari kedua wilayah tersebut menuju ke Alam Kerinci. Sehingga apabila belanda telah menguasai Indrapura nantinya, tentu mereka juga akan menguasai Alam Kerinci.
Inilah yang sangat diinginkan oleh Belanda, seperti yang disampaikan oleh Snouck Hurgronje yang merupakan ide dan pikiran dari Residen Palembang dalam suratnya. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa, sebaiknya kita memasuki Alam Kerinci dari Sumatera Barat (termasuk Indrapura) dan masuk ke daerah Sungai Tenang dan Serampas dari Bengkulu.[6] Disamping itu, negeri Jambi yang juga merupakan tetangga Alam Kerinci mengalami hal yang sama dengan Indrapura.
            Sementara itu, Alam Kerinci juga ikut serta dalam membantu rakyat Jambi untuk mempertahankan negerinya dari konolial Belanda. Hal ini terjadi pada tahun 1902, dimana para depati mengirim pasukan tempur ke Jambi atas permintaan Sultan Taha Syaifuddin sebanyak ± 400 orang.[7] Walaupun Alam Kerinci bukan bagian dari Jambi, tetapi para depati tetap membantu rakyat Jambi karena disamping melakukan perjanjian dengan Indrapura juga melakukan perjanjian mengenai pertahanan dan keamanan dengan Jambi yang di wakili oleh Pangeran Temenggung yang berkedudukan di Muaro Mesumai Bangko.
            Dengan adanya Kerinci membantu Jambi, maka Snouck Hurgronje melaporkan kepada Pemerintah N-I sesuai dengan laporan dari Bengkulu bahwa, orang-orang Kerinci menyokong pemberontak Jambi.[8] Selain itu, ia juga menjelaskan tentang bagaimana hubungan Alam Kerinci dengan negeri Jambi. Ia mengatakan bahwa, hubungan antara Alam Kerinci dengan Jambi bagaikan Gayo dan Aceh. Jambi tidak ikut campur dalam urusan Alam Kerinci, tetapi Jambi dapat meminta bantuan kepada orang Kerinci, seperti Sultan Taha akhir-akhir ini. Walaupun demikian bukan bearti Kerinci adalah bagian dari Jambi dan Sultan Taha juga bukan sebagai pemimpinnya.[9]
            Jauh sebelum Indrapura dan Jambi didatangi kolonialis Belanda, kedua sultan/raja dan perwakilan kesultanan tersebut telah memberitahukan kepada pemuda adat di Alam Kerinci bahwa bangsa Belanda akan mendatangi wilayah Sumatera Bagian Tengah (Kerinci, Jambi, Indrapura, Minangkabau dan Riau). Pemberitahuan ini tertuang dalam sebuah naskah kuno di wilayah Alam Kerinci, berita tersebut sebagai berikut:
…” Maka berkatalah Yang dipertuan Indrapura dengan Pangeran Temenggung kepada depati: “Itulah kita sekalian supaya jangan negeri kita melarat”. Sekarang musuh besar Jawa Mataram telah masuk ke Palembang dengan perahunya dan banyak orangnya. ….. . “[10]
Sehingga dengan wanti-wanti seperti ini, para tetua (depati) di Alam Kerinci sangat melindungi daerahnya dari musuh-musuh tersebut.
Keterlambatan Belanda Memasuki Kerinci, juga disebabakan oleh kedua kerajaan di perbatasan wilayah ini sangat merahasiakan dari Belanda tentang adanya wilayah di balik bukit barisan dan pucuk negeri Jambi, seperti halnya yang dilakukan oleh Kerajaan Indrapura. Penulis berpendapat ini disebabkan, adanya amanat Tuanku Sultan Mohammad Bakhi gelar Sultan Firmansyah seorang regen Indrapura (1858-1891) kepada menantunya Tuanku Abdul Muthalib, yang berbunyi:
“Hai Rusli jika kamu diangkat Belanda jadi ganti aku, Alam Kurinci jangan kamu tunjukkan pada Belanda…..,”
Wasiat ini juga disampaikan di hadapan Penghulu Mentri yang dua puluh dan Mangkubumi.[11]
            Penulis berpendapat inilah alasanya Snouck Hurgronje, mengatakan kepada pemerintah N-I tentang rakyat Kerinci dapat semena-mena memasuki wilayah yang telah kita kuasai untuk mendapatkan kebutuhannya, seperti garam sedangkan kita tidak boleh memasuki wilayah mereka. Jika kita menunja campur tangan, maka makin sulit bagi kita untuk menguasai Kerinci. Hal ini karena, belum pernah orang Belanda memasuki Kerinci. Sehingga mengakibatkan orang Kerinci terisolir dan takut pada pengaruh dari luar.[12] 
            Di awal abad ke 20 M, Belanda mengetahui keadaan Alam Kerinci dari dua orang Inggris yang berkunjung kesana. Sehingga Belanda mulai mengatur rencana untuk memasuki Alam Kerinci, tentunya rencana tersebut amat bejat dan hanya menguntungkan mereka saja. Diantara rencana tersebut seperti usaha untuk menyakinkan ketua-ketua (para depati), bahwa kepentingan mereka dan kepentingan kita akan dijaga jikalau ada saling pengertian anata kita dan mereka. Selain itu, kita juga mesti meminta bantuan kepada orang yang berhubungan baik dengan mereka. Orang yang mereka dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah regent indrapura yang bernama rusli.[13]        
            Hari berganti-hari, sehingga sampailah masanya ajal menjemput Sultan Firmansyah dan Rusli menggantikan kedudukan mertuanya. Dikarenakan bujuk rayuan bijat Belanda, akhirnya ia membantu Belanda untuk memasuki Alam Kerinci. Namun cara-cara yang dilakukan oleh belanda tidak dapat menundukkan rakyat Kerinci bahkan untusan yang diajak untuk berunding dengan ketua-ketua Kerinci yang bernama Imam Marusa terbunuh. Oleh karena itulah, Belanda memasuki Alam Kerinci lansung dengan peperangan. Hal ini sesuai dengan isi surat yang dikirim oleh Snouck Hurgronje kepada Pemerintah N-I yang berbunyi, jika cara-cara ini tidak berhasil sudah waktunya kita memasuki daerah tersebut dengan pasukan.[14]
            Belanda memasuki Alam Kerinci, menumpuh dua jalur utama yaitu Lempur dan Koto Limau Sering. Setelah berbagai bentuk perlawanan rakyat Kerinci dari tahun 1902, akhirnya di 1903 baru bangsa Belanda dapat menduduki Alam Kerinci setelah kobaran perang dahsyat di Pulau Tengah Pinggir Danau Kerinci.[15]
           


[1] Tulisan ini berangkat dari Surat Snouck Hurgronje kepada Gubenur N-I dipetik dari Ambtelijke Advieger van C. Snouck Hurgronje 1889-1936. Selain itu, juga menggunakan sumber lain yang mendukung dan berhubungan dengan tema tulisan ini.
[2]  Deki Syaputra ZE, S. Hum adalah salah seorang peneliti tentang sejarah dan kebudayaan wilayah Alam Kerinci. Salah satu hasil research/penelitiannya adalah Islamisasi di Wilayah Alam Kerinci (Studi Naskah Surat dan Piagam). Selain itu, ia juga merupakan salah seorang mahasiswa Program Pasca Sarjana Prodi Ilmu Sejarah Universitas Unand.
[3] Ringkasan Surat Snouck Hurgronje kepada Gubernur N-I, dipetik dari Ambtelijke Advieger van C. Snouck Hurgronje 1889-1936, Uitgegaven door E. Gobes er C. Adriaanse, jilid III ‘s Gravenhage 1965. Diterjemahkan oleh Mr. C.W. Watson dari Universitas Kebangsaan Malaysia, 30-04-1975, point, 1.   
[4] Depati berasal dari bahasa Jawa, yakni sepadan dengan adipati. Adipati merupakan sebutan untuk salah pemimpin di Tanah Jawa yang berkedudukan di pendopo, sedangkan depati sebutan untuk para pemimpin yang ada di setisap luhah (wilayah) di Alam Kerinci yang berkedudukan di mendapo.
[5] Naskah kuno di Mendapo Kemantan dalam Voerhove. Tambo Kerinci, Salinan Tulisan Jawa Kuno, Incung dan Melayu Disimpan Sebagai Pusaka Di Kerinci, Leiden [t.p, 1969].
[6] Snouck Hurgronje, Op cit., point 14. 
[7] Elsbeth Locher, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial (Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, Jakarta: Banana KITLV, 2008, hlm. 268.
[8] Op cit., point 14
[9] ibid., point 11.
[10] Naskah Kuno di Mendapo Limo Dusun, dalam Voorhoeve, Op cit.,
[11] Yulizar Yunus, dkk. Kesultanan Indrapura dan Mandeh Rubiah di Lunang Spirit Sejarah dan Kerajaan Bahari hingga Semangat Melayu Dunia, 2002, hal. 108-109.
[12] Snouck Hurgronje, Op cit., point 2 dan 6.
[13] Ibid., point 16
[14] Ibid., point 20
[15] Thahar Ramli, Biografi Mayjen H.A. Tahlib 1918-1973 Pejuang dari Bumi Sakti Alam Kerinci, Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia, 2005, hal. 7 

1 komentar:

  1. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terima kasih atas artikel sejarah yg Sgt berharga ini. Sebagai salah satu ahli waris kesultanan inderapura, hamba menambahkan bahwa perlu penelitian lebih lanjut tentang Sultan rusli membantu Belanda memasuki kerinci, dengan melihat juga situasi dan kondisi Sang Sultan saat itj

    BalasHapus