KANTON-KANTONG KEBUDAYAAN KERINCI
SEBAGAI ASET PARIWISATA BERBASIS
BUDAYA
PENULIS : DEKI SYAPUTRA ZE, S. HUM
Wisata budaya merupakan suatu jenis wisata yang menggunakan
sumberdaya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata. Wisata budaya
merupakan salah satu jenis pariwisata yang objek sajian wisatanya melingkupi
budaya suatu komunitas. Sementara itu, wisata budaya juga merupakan jenis
pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang
bersifat tangibel atau konkret maupun intangibel atau
abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut)
dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik
utama untuk menarik kunjungan wisatawan.
Kawasan wisata budaya atau kawasan sejarah dan budaya
merupakan suatu kawasan di mana di dalamnya terdapat bangunan bersejarah hasil
kebudayaan masa lampau dan aktivitas khas masyarakat lokal, sebagai potensi
utama untuk mengembangkan suatu kawasan wisata budaya. Ardinal K, S. Pd., M.
Si, selaku kadis DISPORAPARBUD Kab. Kerinci menuturkan bahwa instansi yang
beliau pimpin akan mengupayakan hal tersebut sesuai dengan petunjuk dari Bupati
Kerinci dan arahan gubernur Jambi (Hasan Basri Agus).
Kabupaten Kerinci yang
merupakan sebuah kabupaten yang berada dalam kawasan Provinsi Jambi, dimana
kabupaten ini berada di utara dan selatan Kota Sungai Penuh. Secara cultur
(budaya) dan adat kedua wilayah ini tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan
kedua wilayah ini satu kesatuan dalam adat dan budaya, yaitu kebudayaan
masyarakat Alam Kerinci. Dengan adanya peraturan yang memisahkan antara dua
wilayah tersebut, sehingga menuntut kita untuk memisahkan peninggalan
kebudayaan kedua wilayah ini sesuai dengan lokasinya secara geografis.
Di Kabupaten Kerinci terdapat berbagai bentuk warisan
budaya baik yang masih berlanjut maupun peninggalan kebudayaan masa lampau,
dari masa prasejarah sampai era kolonial..
Warisan Budaya
Prasejarah
Sejarah mencatat, melalui hasil penelitian beberapa pakar bahwa Alam Kerinci
merupakan salah satu wilayah yang tua dan mempunyai peradaban yang tinggi.
Tepatnya wilayah ini sudah dihuni oleh manusia sejak 10.000 tahun SM yang
tergolong kedalam ras Proto Melayu. Adapun
benda-benda tersebut diantaranya seperti batu patah.
Warisan Artefak Islam
Islam berkembang di
wilayah Alam Kerinci sekitar abad ke-16 M. Walaupun demikian, peninggaalan atau
jejak Islam di wilayah ini berupa bangunan yang masih utuh dan berdiri saat ini
adalah masjid.
Kabupaten Kerinci yang
masyarakatnya manyoritas Islam dan agama ini mengalami perkembangan di Kerinci
semenjak sebelum kedatangan bangsa kolonial, yakni sekitar abad ke-18 M
telah membangun masjid. Masjid kuno di wilayah ini terdapat di Tanjung Pauh
Hilir, Pulau Tengah dan Lempur. Beberapa masjid tersebut merupakn masjid
tertua di Kabupaten Kerinci.
Warisan
Kesenian
Kabupaten Kerinci memiliki berbagai bentuk seni budaya atau kesenian lokal yang
masih berkembang saat ini. Jenis kebudayaan seperti ini, dikenal dengan sebutan
budaya yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut). Hal ini
karena, kebudayaan berupa kesenian masih tetap dipertahankan dan dikembangkan
(kreasi) sebagai salah satu seni pertunjukan.
Beberapa kesenian berupa seni tari yang terdapat di daerah ini, diantaranya
adalah seni tari yang bersifat tradisi seperti Tari Niti Naik Mahligai, Tauh,
Sike Rebana, Asyek Nyabung, Rangguk dan lain-lain. Selain itu, juga terdapat
seni tari yang dikreasikan dari tari tradisi seperti Punawo Sakti, Palaho
Janen, Yadahdan, Ngambak Tikar dll.
Warisan Ritual
Kabupaten Kerinci kaya akan khasanah ritual dari leluhur mereka dimasa lampau
yang masih tetap diselenggarakan pada masa sekarang ini. Beberapa contoh ritual
yang masih diselenggarakan di Kerinci, diantaranya ritual Ngayun Luci, Kenduri
Sko, Tulak Bla dan lain-lain.
Ritual-ritual yang masih diselenggarakan di Kerinci, tidak semuanya
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di setiap wilayah. Salah satu contohnya,
acara kenduri sko/pusaka sudah jarang dilaksanakan lagi oleh beberapa wilayah.
Hal ini karena, ada yang beranggapan bahwa kenduri sko/pusaka tidak sesuai lagi
dengan konteks zaman sekarang dan bertentangan dengan syarak.
Akan
tetapi, terlepas dari itu semua, kita tetap berkewajiban melestarikan ritual
tersebut dengan menghilangkan unsur praIslam dan tidak terlalu menyakini dan
mempercayai hal yang berbau mistik. Hal ini karena, ritual-ritual tersebut
merupakan bagian dari kearifan lokal yang patut dilestraikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Akhir-akhir
ini semakin giat bagi setiap daerah yang memiliki potensi pariwisata berusaha
melakukan pencitraan dengan memberi penguatan pada symbol tertentu. Demikian
juga simbol yang digunakan oleh pemerintah di daerah-daerah dalam mengembangkan
pariwisata yang berbasis budaya dan kearifan lokal. Banyak daerah yang telah
berhasil menerapkan pariwisata dengan basis yang dimaksud, khususnya wisata di
pulau Jawa. Begitu halnya dengan wilayah di Sumatera saat ini sedang menggagas
hal tersebut khususnya di Kabupaten Kerinci.
Hasan
Basri Agus, selaku Gubernur Provinsi Jambi dalam pidatonya pada acara pembukaan
Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci tanggal 15 November 2014, juga
mengungkapkan bahwa Provinsi Jambi sangat berpotensi dalam upaya meningkatkan
pariwisata berbasis budaya. Wilayah dalam Provinsi Jambi yang dimaksud adalah
Kabupaten Kerinci yang memiliki panorama wisata alam dan budaya yang eksotik.
Acara
Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci tahun 2014 yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kab. Kerinci beserta leding sektor Pariwisata dan Kebudayaan, yaitu
DISPORAPARBUD, merupakan salah satu bentuk atraksi wisata berbasis budaya. Hal
ini karena, kegiatan tersebut berlokasi di objek wisata Alam seperti Danau
Kerinci, Area Air Panas Semurup dan Kebun Teh Kayu Aro dan didukung oleh
pementasan kesenian tradisional Kabupaten Kerinci. Dengan demikian, atraksi
wisata di Kabupaten Kerinci tidak hanya mengandalkan objek wisata alam yang
eksotik di daeraah ini seperti terjangnya Air Terjun Telun Berasap dan Pancuran
Rayo, Terhamparnya Kebun Teh di Kaki Gunung Kerinci yang menjulang tinggi,
panasnya Air Hangat Semurup, luasnya Danau Kerinci dan Jernihnya Danau Kaco.
Akan tetapi daerah ini juga didukung oleh objek wisat sejarah, budaya dan
kearifan lokal seperti yang telah di paparkan sebelumnya.
Ardinal
K, S. Pd., M. Si, menyebutkan inilah potensi-potensi pariwisata berbasis
kebudayaan di Kabupaten Kerinci yang dapat ditawarkan kepada wisatawan domestik
dan wisatawan mancanegara. Sehingga dapat mewujudkan terjadinya terjadi
proses yang disebut involusi kebudayaan (cultural involution). Hal tersebut
bisa dilihat dari kasus Bali. McKean (1978) mengatakan, “ meskipun perubahan
sosial ekonomi sedang terjadi di Bali, semua itu terjadi secara bergandengan
tangan dengan usaha konservasi kebudayaan tradisional. Kepariwisataan pada ke
nyataannya telah memperkuat proses konservasi, reformasi, dan penciptaan
kembali berbagai tradisi.
Disporaparbud
Kab. Kerinci, juga berharap kebudayaan serta kearifan lokal yang terdapat di
Kerinci berpotensi untuk mewujudkan negeri wisata berbasis budaya dengan daya
tariknya yang lebih etis (adiluhung), dapat membawa Kabupaten Kerinci sebagai
tujuan kunjungan wisatawan dunia. Oleh karena itu, perlu adanya pembungkusan
dan pengelolaan potensi tersebut serta bahu-membahu pemerintah beserta
jajaranya ikut berperan dalam mewujudkan hal ini. Sehingga dapat mengantar– kan
“Kerinci Lebih Baik” kedepan secara maksimal dan menyeluruh khususnya di segi
perkembangan pariwisata.
Assalamualaikum
BalasHapusBang Deki... Saya sangat tertarik dengan tulisan abang... Bagaimana saya bisa berjumpa dengan abang
Perkenalkan saya vico... Baru pindah di sungai penuh...