LAPORAN
PENELITIAN NASKAH DI KERINCI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di
indonesia tersebar begitu banyaknya hasil karya masyarakat pada masa dahulu,
baik berbentuk tulisan maupun tidak, salah satunya dari peninggalan tersebut
adalah naskah yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat pada masa lampau yang
berbentuk tulisan. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Rubson mengemukakan naskah adalah
kesusteraan tertulis dalam bentuk buku tulisan tangan yang dipergunakan untuk
mencatat hal-hal yang di anggap penting (Serat Ismail, 2008 : 3 (Skripsi)).
Menurut
Baried naskah adalah semua bahan
tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai
hasil budaya pada masa lampau. Teks yang ditulis dalam bentuk naskah sangat
beragam isinya antara lain religi, sejarah, ilmu pengetahuan, kemanusiaan,
kesenian, undang-undang, foklor, adat istiadat dan sastra (Serat Ismail, 2008 :
1 (Skripsi)).
Berbicara
tentang naskah maka kita akan membicarakan tentang ilmu yang mengkaji naskah
tersebut seperti filologi dan studi naskah. Kedua disiplin ilmu ini mengkaji
serta memahami seluruh yang menyangkut dengan seluk beluk pernaskahan, serta
dibantu dengan disiplin ilmu lain sebagai ilmu bantu filologi dan studi naskah.
Tradisi
tulis menulis di nusantara, dengan serangkaian perjalanan panjangnya telah
menghasilkan sedemikian banyak dokumen tertulis berupa naskah-naskah kuno yang
keberadaannya saat ini tersimpan diberbagai tempat koleksi baik koleksi lembaga
maupun perorangan. Naskah-naskah kuno tersebut patut dijaga keberadaannya dan dilakukan
penelitian secara serius agar informasi penting yang terkandung didalanya dapat
diketahui semua orang, baik generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.
Didalam
tulisan ini yang menjadi objek kajian penelitian kami adalah Naskah Melayu Kuno
Kerinci (Jambi). Secara umum kita ketahui bahwa naskah kuno menggunakan aksara
yang berkembang atau aksara yang dimiliki oleh wilayah tempat asal naskah itu
sendiri, serta menggunakan alas atau media tulis naskah yang ada di wilayah
tersebut baik hasil alam wilayah tersebut maupun didapatkan dari wilayah lain begitu
juga dengan naskah ini.
Mengingat
dan menimbang begitu pentingnya naskah bagi kita serta bagi lembaga-lembaga
tertentu yang mengkaji naskah sehinngga kami melakukan penelitian tentang
naskah ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa yang menjadi objek
kajian penelitian ini adalah Naskah Melayu Kuno Kerinci (Jambi).
B. Tempat dan waktu
pelaksanaan
Tempat
pelaksanaan penelitian naskah ini secara khusus di wilayah Mendapo Kerapatan
Adat Koto Beringin Rawan Kota Sungai Penuh/Kerinci (Jambi) secara umum di
seluruh mendapo yang ada di Kerinci baik mendapo delapan/6 helai kain maupun
mendapo depati otonom di wlayah alam Kerinci. Sedangkan waktu pelaksanaan
penelitian tersebut hari sabtu 9 Juni 2012.
C. Kegunaan dan tujuan
penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana tradisi pernaskahan di wilayah Kerinci;
2. Untuk
menegetahui keadaan nari naskah-naskah yang berada di wilayah Kerinci;
3. Sebagai
tambahan referensi bagi pembaca tentang naskah kuno di Kerinci.
Sedangakan
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dalam mata kulyah Studi Naskah
yang menyangkut dengan penelitian lapangan tentang naskah;
2. Untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak/ Ibu dosen pembimbing mata Studi
Naskah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran umum
wilayah penelitian
Dalam
poin ini penulis akan menjelaskan sekelumit gambaran umum tentang wilayah
penelitian yaitu kerinci (jambi) maka poin ini khusus membahas gambaran wilayah
tersebut.
Kerinci
Kerinci
terletak anatara 1◦ 41 s/d 2◦ 56 LS dan 101◦ 08 s/d 101◦ s/d 101◦ 50 BT. Berada
pada ketinggian 725 M diatas permukaan laut dengan posisi membujur dari barat
laut ke tenggara, sejajar dengan arah pulau Sumatera (BPS Kab. Kerinci,
2008/2009 : 03). Kerinci merupakan salah satu wilayah yang berada di provinsi
Jambi yang terletak di bagian barat provinsi Jambi. Kerinci adalah salah satu
suku dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia yang disebut dengan Suku
Kerinci, danaunya disebut Danau Kerinci, gunungnya disebut Gunung Kerinci, adat
istiadatnya disebut Adat Kerinci dan orangnya disebut Orang Kerinci (Uhang Kincai dalam bahsa Kerinci dan Urang Kurinci dalam bahasa Minangkabau).
Wilayah
Kerinci jarang dan kurang diketahui oleh orang atau masyarakat Indonesia tapi
begitu dikenal oleh orang luar negeri, seperti Belanda dan Malaysia. Hal ini
dikarenakan begitu sedikit wisatawan lokal yang meminati Kerinci, beda halnya
dengan wisatawan mancanegara sangat meminati dan mengagumi serta sangat
antusias sekali untuk mengunjungi Kerinci. Bahkan timbol slogan bagi wisatawan
mancanegara, yaitu “jagan mati dulu
sebelum mendatangi Kerinci”, segitu menariknya Alam Kerinci bagi mereka,
maka muncullah slogan tersebut.
Dalam
konstelasi sejarah kebudayaan Indonesia daerah Kerinci adalah suatu daerah yang
sangat tua (Basri, 1982 : 33). Daerah ini memiliki aset perbendaharaan benda
cagar budaya dalam kondisi bisa dikatakan langka karena keunikannya belum
dijumpai didaerah lain di Indonesia. Penelitian mengenai Kerinci sudah dimulai
pada tahun 1811 oleh W. Marsden, L.C. Westernent (1922), Th. Van der hoop
(1938), Dr. P. Voorhoeve (1941), Prof. Dr. Poerbatjaraka (1941), Mr. Mohammad
Yamin (1952), Prof. Dr. Jaspen (1963), Dr. Benner Bronson (1973), Prof. Dr.
Isamu Kurata (1975) (Dinasa P dan K, 2003 :13). Kemudian disusul oleh Uli Kozok
pada tahun 2002 dan lain-lain.
Dari
data diatas kita dapat mengetahui keunikan Alam Kerinci sehingga diteliti oleh
para peneliti dalan negeri maupun luar negeri. Namun kebanyakan dari para
peneliti tersebut adalah para peneliti dari luar negeri yang melakukan
penelitian tentang sejarah budaya Alam Kerinci. Salah satu hasil penelitian
yang dilakukan oleh para ilmuan di Alam Kerinci, menyimpulkan bahwa kehidupan
dan peradaban di Kerinci sudah ada sejak 10.000 tahun yang silam (Idris
Djakfar, 2001 : 24). Kerinci juga pernah mengemparkan dunia Melayu khususnya
dan seluruh dunia pada umumnya, dikarenakan Naskah Melayu tertua di dunia di
temukan di pedalaman Kerinci tepatnya di Dusun
Tanjung Tanah sehingga naskah ini disebut dengan Naskah Tanjung Tanah.
Sesuai
dengan hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa aksara yang digunakan dalam
naskah itu bukanlah aksara Arab melayu melainkan aksara Incung (aksara Kerinci)
yang digolongkan kedalam aksara pasca Pallawa yang merupakan aksara melayu. Hal
yang paling mengejutkan lagi, dengan ditemukannya naskah tersebut bearti patah
lah teori yang mengatakan bahwa tidak ada tradisi pernaskahan didunia Melayu
sebelum Islam masuk. Namun naskahTanjung Tanah ini telah menunjukkan bahwa ada
tradisi pernaskahan di dunia Melayu sebelum masukknya Islam hal ini didasarkan
pada naskah tersebut yang merupakan naskah yang berasal dari pra Islam. Adapaun
bukti naskah ini merupakan naskah pra Islam sesuai dengan yang diutarakan oleh
UliKozok dalam tulisannya sebagai berikut:
·
Tidak ditemukan kata
serapan dari bahasa Arab
·
Maharaja Dhamasraya
disebut dalam naskah tersebut sementara Dhamasraya hanya disebut sebelum Islam
·
Naskah menggunakan
tahun Saka bukan tahun Hijriah (Kozok, 2006 : XII).
Inilah
bukti bahwa kerinci merupakan salah satu daerah yang sangat tua, hal ini juga
dikarenakan Kerinci telah dikenal didunia luar sejak dulu kala, seperti Cina,
hal ini terbukti dengan banyaknya keramik-keramik Cina yang ditemukan di
Kerinci khususnya pada masa dinasti Han di Cina (202 SM hingga 221 M). Bahkan
sebuah peradaban kuno, yaitu Mahajendero
dan Harappa pernah mengenal baik Alam Kerinci sebagai salah satu penghasil
kemeyan terbesar di dunia.
B. Deskripsi naskah
secara umum
Naskah
ini merupakan salah satu naskah yang ada di wilayah alam kerinci tepatnya di
mendapo rawan koto beringin sungai penuh-kerinci (jambi) yang sangat dijaga
oleh masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah medapo tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang penting dalam penelitian naskah
sekaligus hasil dari penelitian penulis.
1.
Bahan
naskah
Bahan naskah atau alas naskah merupakan
suatu media yang digunakan sebagai alas atau wadah untuk menulis. Biasanya alas
naskah tersebut berukuran lebar seperti halnya kertas. Berupa ide-ide ditulis
pada media tersebut maka tulisan tersebut akan disebut salah satu naskah.
Bahan naskah adalah sesuatu yang dipakai
untuk dituliskan suatu tanda atau lambang, umumnya bagian permukaan dari suatu
bahan tertentu. Bahan naskah juga disebut sebgai sesuatu yang dipakai untuk
menulis sehingga terbentuk suatu naskah (Mulyadi,1994:44).
Bahan naskah yang pernah dipergunakan di
berbagai belahan dunia, di antaranya adalah bambu di Cina, daun tumbuhan palma
di India dan Asia Tenggara, lempengan tanah liat (claybricks) di Mesopotamia,
papyrus di Mesir. Di samping itu terdapat pula bahan naskah berupa logam,
catton, linen, velum (vellum), sutera, perkamen (parchment), kertas, batu,
kulit kura-kura, tulang, gading, kayu, kulit kayu, dan baju (Gaur, 1975:4--34).
Di Kerinci kita juga akan menemukan hal
yang sama dalam hal ini alas naskah atau bahan naskah, dimana dikerinci
tersebar naskah-naskah yang berbahan kulit kayu, kertas, dan perkamen. Uniknya
lagi di Kerinci kita akan menemukan naskah yang beralas atau berbahan tanduk
kerbau yang pada umumnya diwilayah lain tanduk ini biasanya dijadikan hiasan
atau pajangan dan terompet. Namun, beda halnya dengan di wilayah alam Kerinci tanduk
malah dijadikan alas naskah seperti naskah yang diteliti langsung oleh penulis.
Tidak hanya itu kitapun akan menemukan
keunikan lain tentang alas atau bahan nasskah dikerinci. Kita ketahui di Cina berkembang
penggunaan bambu sebagai alas naskah, namun bambu yang dijadikan sebagai alas
naskah di Cina di olah terlebih dahulu menjadi sebuah kertas. Beda halnya
dengan dikerinci alas naskah yang terbuat dari bambu tersebut tanpa di olah
dalam artian bambu yang masih berupa potongan bambu. Kedua alas nasskah
tersebut jarang kita temukan di willayah lain.
2.
Aksara
naskah
Aksara merupakan tulisan yang digunakan
dalam penulisan teks naskah. Kita ketahui di Indonesia banya terdapat suku
bangsa seperti Batak, Suku Rejang, Sunda, Jawa, dan lain-lain. Setiap suku-suku
tersebut memiliki aksara atau tulisan tersendiri begitu juga halnya dengan
salah satu buku yang berada di wilayah pulau sumatra yaitu suku Kerinci memiliki
tulisan atau aksara tersendiri.
Aksara Kerinci tersebut yaitu aksara
yang dinamai Incung, berarti Rencong yang merupakan salah satu aksara
kuno di negara kita, namun belum banyak dikenal. Aksara ini salah satu aksara
yang digunakan atau yang dipakai dalam naskah di Kerinci, selain aksara arab
dan arab melayu.
Naskah yang penulis teliti langsung
kelapangan adalah naskah yang beraksara incung
(rencong) dan berbahasa melayu kuno (bahasa kerinci). Aksara tersebut sudah
jarang dipakai oleh masyarakat bahkan tidak ada lagi yang bisa membacanya
kecuali, dua orang tokoh kerinci yaitu Iskandar Zakaria dan Alimin Dpt.
3.
Tempat
penyimpanan naskah
Naskah-naskah di nusantara banyak
tersimpan diberbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Belanda, Jerman, dan lain-lain (sutrisno, 1981:12). Sedangkan di dalam negeri
naskah-naskah banyak disimpan di museum diperpustakaan, lembaga kebudayaan dan
tersebar di masyarakat pemiliknya. Selain itu naskah juga berada di pusat-pusat
pembelajaran agama (surau tarekat) serta di surau-surau tua.
Di kerinci sangat jarang kita temukan
naskah berada di museum dan lembaga kebudayaan di Kerinci, namun naskah-naskah
kuno tersebut tersimpan di rumah mendapo
(rumah gedang; besar, rumah adat) yang berada di suatu wilayah kerapatan adat
di alam Kerinci. Sama halnya dengan naskah yang diteliti langsung oleh penulis
tersimpan di sebuah mendapo. Selain itu, naskah kuno juga terdapat di
surau-surau tua serta juga terdapat di rumah-rumah pemilik dan pewaris dari
naskah tersebut.
Naskah kuno Kerinci tidak hanya
tersimpan di wilayah kerinci, melainkan juga tersimpan di luar negeri yaitu,
naskah salinan tambo Kerinci disimpan
di perpustakaan Koninklijk Institut voor de Taal-, Land-, en Volkenkunde
(KITLV) di Leiden, Belanda, dengan nomor inventaris D Or. 415 (Uli Kozok, 2006
: xi). Naskah kerinci ini juga tersimpan di museum Koninnklijk Bataviaasch
Genootschap Van Wetenschappen yaitu di Gedung Arca Betawi.
4.
Skriptorium
Skriptorium adalah ruangan yang luas
atau terdiri atas ruang-ruang kecil yang difungsikan untuk menyalin naskah
dengan berbagai aturan yang harus dipatuhi. Para petugas yang menyalin naskah
tidak diperbolehkan mengubah sesuatu yang ada di dalam teks walaupun ada
kesalahan dalam teks yang dihadapinya (Muhammad Ilham dalam http://ulama minang.blogspot.com).
Pada
umumnya tempat penyalinan naskah sangat berhubungan dengan isi naskah yang
disalin seperti naskah agama Islam ditulis di surau atau di Masjid, naskah adat
di rumah adat dan ada juga naskah-naskah tersebut ditulis di rumah warga begitu
juga halnya di Kerinci naskah agama biasanya disalin di langgar-langgar
pengajian, naskah adat ditulis di rumah mendapo
dan ada juga naskah tersebut ditulis di rumah warga-warga di Kerinci.
5.
Isi
teks
Isi teks beraneka ragam yang
mencerminkan dinamika budaya bangsa pemiliknya. Teks dapat berupa karya sastra
penuangan ide atau gagasan, ilmu pengetahuan, singkatnya dapat berupa segala
hal yang dapat dituliskan. Begitu juga halnya dengan teks dalam naskah-naskah
kerinci dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu agama, hukum/adat,
mitologi, pendidikan, sejarah dan sastra. Naskah yang ditemukan dan diteliti
oleh penulis adalah naskah yang berisi tentang sejarah tokoh adat di alam
kerinci pada masa dahulu. Isi naskah ini merupakan sambungan dari isi teks
naskah lain.
C. Deskripsi naskah
secara khusus (naskah yang diteliti oleh penulis)
Berikut ini akan diuraikan tentang
rincian hasil penelitian naskah yang diteliti oleh penulis.
Profil benda
Nama benda : Naskah Tanduk
Jenis benda : Naskah Beraksara Surat Incung Beralas Tanduk
Asal benda : Kerinci
Bahan :
Tanduk
Warna :
Hitam
Keadaan :
Tidak Utuu
Ukuran
Panjang :
45cm
Tebal :
0,6cm
Diameter : 1,6-11,8cm
Berat :
35gram
Adapun
isi naskah sebagai berikut(Voerhoeve, 1924/Uli Kozok, 2006):
(1)
maka balik ka kuta baru riya di balan maka pula da…….
(2) riya di balan dingan patih
madiri dingan ri……………
(3) masak pamintak dipatih madiri cucu huyar di (r)iya
dibalan………..
(4) baru maka lama mati dipati sungay laga sangak(?)jadi
dipati sa………kacik surang jadi dipati
(5) punjung janak maka barabuk
dipati sungay laga dingan dipati muda
(6) dipati punjung balawan dipati muda barabuk sarah jajah
na’ik hidak sudah kapada manti
(7) muka barajalan ka tanah hiyan muka tapak hamih sahamih
hiyan hidak
(8) sudah lalu ka sagara hagung rapat pula di situ hidak
juga sudah maka sampay halah
(9) ka pengiran muka batutur dipati
punjung maka kata
(10) mana dipati sungay laga ka gati
bali
(11) ya haku bajalan baliya tinggan
maka baratutur dipati
(12) muda ja mati sama ditanan dingan dipati sungay laga
hidak disayan maka tala
(13) buh hukun pangiran kapada
dipati punjung
(14) hatat balung handak barahumah
pula
(15) muka kata pangiran kapada depati muda bita pagala muda
saka tua hidak babunyi dipati
(16) muda muka digala dipati muda(?)
(17) da magala muka dipati punjung mawa hamit balik na’ik
karici nampuh jala
(18) n taba pandak tiba situ dipati punjung sakit maka
barapangsan maka barapa………
(19) n……..r maguni sampay
(20) kapada dipati sungay laga sarata hanak jantang hanak
batina hatat balung dipati
(21) muda kata pangiran kapa(da) dipati punjung dipati
sungay laga tiba kapada maguni hidak dila
(22) tas pangsan kapada dipati sungay laga sarata hanak
jantan……..hanak batina
(23) maka badiri maguni barimba
hidak dihusir dipati…….(riya)tijaput
(24) maguni hitu takut kalah dipati muda mangusir karay
(atau karaja?)………
(25) hitu duwa kali tujuh hari lama barimbi hidak kampung
‘a………………
(26) maka pik(i)r magumi maka
dijaput dipati sungay laga kac………..
(27) mbung muka mudik sarata hanak
batina
(28) bagalar saka galar hanak batina
itu galar hanak………..
(29) balik hilir jadi karaja hatat
balun muka masuk
(30) kapada kuwak hagih hiya dibalan
mangku mamangku masuk ma
(31) ngku hanung sakuwak sabagih
dingan mangku gular
(32) maka jadi karan satiya dingan
dulu
(33) dulu jaga dihanjak dimakan
satiya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari laporan penelitian diatas kita
dapat mengetahui bagaimana keadaan naskah di wilayah kerinci. Naskah-naskah
yang ada di Kerinci tersebar di dalam negeri dan diluar negeri,luar negeri
tepatnya di perpustakaan Koninklijk Institut voor de Taal-, Land-, en
Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda. Sedang kan dalam negeri selain di
Kerinci terdapat di museum koninnklijk bataviaasch genootschap van
wetenschappen yaitu di gedung arca betawi. Sedangkan yang berada di Kerinci
tersebar di mendapo (Rumah Gedang; Besar atau Rumah Adat) di setiap wilayah
kerapatan adat di Alam Kerinci, seperti naskah yang diteliti lansung oleh
penulis mendapo Rawang Kota Sungai Penuh-Kerinci (Jambi). Selain itu juga
terdapat naskan di surau tua sera tersebar di rumah warga pemilik atau pewaris
dari naskah tersebut.
Naskah yang ada di Kerinci memiliki
perbedaan dengan naskah yang tersebar di nusantara secara umum, hal ini
dikarenakan naskah yang berada di Kerinci beralaskan tanduk serta beralaskan
bilahan bambu yang tanpa diolah disamping kertas, daluang dan lontar. Naskah
ini beraksara Arab, Arab Melayu dan aksara Incung atau Rencong (aksara Kerinci)
serta dengan menggunakan naskah.
DAFTAR PUSTAKA
Kocok, Uli.
2006, Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah
Naskah Melayu Yang Tertua. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara danYayasan
Obor Indonesia.
Voorvoehe. Tambo Kerinci (bundel), di edit ulang
Uli kozok. Honolulu,
6 October 2006.
Mulyadi, Sri
Wulan Rujiati 1994 Kodikologi Melayu di Indonesia, Lembar Sastra Edisi
Khusus No. 24. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Lubis, Nabilah
1996 Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian
Bahasa & Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah.
Tedi PermadI, Naskah Nusantara dan Berbagai Aspek yang Menyertainya. Program
Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan
Indonesia.
Muhammad
Ilham dalam http://ulama
minang.blogspot.com diakses 18 juni 2012.
0 komentar:
Posting Komentar